Mengapa Isra’ Mi’raj Terjadi pada Malam Hari?

0
51

قال ابنُ المنيرِ: إنما كان الإسراءُ ليلاً لأنه وقتُ الخلوةِ والإختصاصِ عرفًا، ولأنه وقتُ الصلاةِ التى كانت مفروضةً عليه في قوله تعالى: قُمِ اللَّيْلَ. وليكونَ أبلغَ للمؤمنِ في الإيمانِ بالغيبِ وفتنةً للكافرِ، ولأن الليلَ محلُّ الإجتماعِ بالأحبابِ. قال ابنُ دحيةَ: ولإبطالِ قولِ الفلاسفةِ: إن الظلمةَ من شأنِها الإهانةُ والشرُّ، وكيف يقولُ ذلك مع أن اللهَ تعالى أكرَمَ أقوامًا في الليلِ بأنواعِ الكراماتِ كقولِه تعالى في قصةِ إبراهيمَ: فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ إلى آخره، وفي لوط: فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِّنَ اللَّيْلِ، وفي موسى: وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلاثِينَ لَيْلَةً، وناجَاه ليلاً وأمرَه بإخراجِ قومِه ليلاً في قولِه: فَأَسْرِ بِعِبَادِي لَيْلًا، واستجابةِ دعاءِ يعقوبَ فيه وهو المرادُ في قولِه: سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّي

Ibn al-Munir berkata: “Peristiwa isra hanya terjadi pada malam hari, karena pada umumnya malam adalah waktu yang tepat untuk melakukan khalwah (menyepi) dan pengkhususan. Dan karena malam adalah waktu menjalankan shalat yang diwajibkan kepada beliau (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam). Hal ini didasarkan pada firman Allah ta’ala:

قُمِ اللَّيْلَ

“Dirikanlah shalat di malam hari” (QS. al-Muzammil: 2). Dan sebagai sarana menguatkan keimanan orang mukmin terhadap hal-hal yang ghaib (hal-hal yang tidak dapat dicerna oleh akal), serta sebagai ujian bagi orang-orang kafir, (apakah ia tetap ingkar dengan risalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) atau akan beriman. Dan karena malam merupakan tempat berkumpul bersama para kekasih.

Ibn Dihyah mengatakan: “Dan karena untuk menolak pandangan para filsuf; bahwa kegelapan itu identik dengan hina dan keburukan. Bagaimana mereka bisa mengatakan demikian, padahal Allah ta’ala menganugerahkan banyak kemuliaan kepada ummat pada malam hari, sebagaimana firman-Nya tentang kisah Nabi Ibrahim As:

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ …

“Ketika malam telah gelap, ia melihat sebuah bintang (lalu) ia berkata, “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam ia berkata, “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”. (QS. al-An’am: 76).

Dan dalam kisah Nabi Luth As:

فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِّنَ اللَّيْلِ

“Maka pergilah beserta keluargamu pada akhir malam”. (QS. Hud: 81).

Dan dalam kisah Nabi Musa As:

وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلاثِينَ لَيْلَةً

“Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa (memberikan Taurat) tiga puluh malam”. (QS. al-A’raf: 142).

Dan Nabi Musa As bermunajad kepada Allah pada malam hari serta diperintah oleh Allah mengeluarkan kaumnya pada malam hari, sebagaimana tercatat dalam firman Allah:

فَأَسْرِ بِعِبَادِي لَيْلًا

“Oleh karena itu, berjalanlah dengan hamba-hamba-Ku pada malam hari”. (QS. ad-Dukhan: 23).

Selain itu, malam juga menjadi waktu dikabulkannya doa Nabi Ya’qub As, itulah yang dikehendaki dalam firman Allah:

سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّي

“Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku”. (QS. Yusuf: 98).

Wallahu a’lam bisshawab.

Sumber: Al-Ayat al-Kubra fi Syarh Qisshah al-Isra karya al-Imam al-Hafidh Jalal al-Din Abd. al-Rahman al-Suyuthi, w. 911 H, Damaskus: al-Maktabah al-‘Arabiyyah, 1350 H, hal. 39-40.

(KH. Bagus Ahmadi, PP. MIA Putra – Pacet – Moyoketen – Boyolangu – Tulungagung. Sabtu, 3 Februari 2024)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here